SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Senin, April 23, 2012

Guru Harus Adil

Sekolah di mana saya mengajar adalah sekolah yang menggunakan sistem 5 hari efektif. Dengan demikian pembelajaran untuk kelas 1 sampai jam 13.00, kelas 2 dan 3 sampai jam 13.45 dan kelas 4-6 serta SMP sampai dengan jam 16.00. hal ini dilakukan guna menutup hari sabtu yang dijadikan sebagai hari libur. Selain itu juga karena sekolah kami menamakan dirinya sebagai sekolah plus. Dengan demikian berbeda dengan sekolah negeri. Adapun yang menjadi nilai plus dari sekolah kami adalah agama Islam dan Bahasa Inggris.
Meskipun nilai plusnya adalah agama Islam, sekolah kami sendiri bukan sekolah Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Seragam yang digunakan pun seragam pendek (namun bagi yang menghendaki seragam panjang juga diperbolehkan). Bahkan ada sampai pada tahun ketiga sekolah kami, ada dua murid yang non-muslim.


Sayangnya, meskipun menjadikan agama Islam sebagai nilai plus, sampai tahun ketiga sekolah ini waktu salat asar belum terprogram dalam kurikulum. Dengan demikian siswa yang masih punya jam pelajaran atau siswa kelas bawah yang masih di sekolah karena ada kegiatan ekstra atau karena belum dijemput merasa “tidak harus” salat asar di sekolah. Hal tampak dari ketidakacuhannya saat mereka mendengar azan asar.
Melihat ketidakacuhan para siswa, tiga orang guru agam islam (termasuk saya) berupaya untuk “mengkondisikan” siswa, mengajak siswa yang masih berada di lingkungan sekolah untuk salat asar berjamaah. Sore itu salah seorang guru mendatangi beberapa siswa kelas dua yang memang belum dijemput yang sedang bermain bola dari botol minuman.

“Nak, ayo salat asar dulu, nak!” Ajak guru itu.

“Mister, masak yang disuruh salat kita terus. Tuh, kakak-kakaknya tidak disuruh, celetuk seorang murid.

Guru itu pun kemudian mendatangi beberapa siswa kelas 5 dan 6 yang saya yakin bahwa ia mendatangi anak-anak itu bukan karena celetukan dari seroang siswa kelas 2 tadi, tetapi karena memang sudah ia niatkan sejak awal. Namun demikian apa yang dikatakan oleh seorang siswa kelas dua tadi, bagi saya, mengandung satu makna, yaitu mereka menginginkan keadilan. Mereka menginginkan guru berlaku sama terhadap semua siswa.

Seusai jam mengajar, saya duduk di depan front office menemani anak-anak kelas 2A sebelum mereka dijemput pulang. Saat itu seorang wali murid mendatangi saya. Sepertinya ia ingin menyampaiakn sesuatu, namun tidak jadi. Namun kemudian kami bertemu pada lain waktu dan kesempatan. Setelah berbasa-basi ia pun kemudian mangatakan bahwa ada seorang guru yang perhatiannya pada seorang siswa melebihi perhatiannya kepada siawa-siswi lainnya. Informasi itu tentu saja ia dapatkan dari cerita anaknya.
Permasalahan tidak berhenti di situ, karena hal tersebut samapi kepada kepala sekolah. Akhirnya semua selesai setelah diberikan penjelasan bahwa anak tersebut memang sedikit special need alias berkebutuhan khusus. Namun dari kejadian itu, satu poin yang saya tarik, anak akan merasa jika ia dilakukan tidak sama dengan lainnya.

Di kelas saya ada seorang anak yang kecerdasan kinestetiknya sangat tinggi, sampai-sampai ia disebut “nakal” karena sering menggunakan tangannya untuk memukul temannya. Secara sosiograf ia anak yang banyak dijauhi temannya. Hampir setiap hari ia berulah yang membuat teman-temannya jengkel. Karena begitu seringnya ia membuat “keributan”, maka setiap ada keributan ia selalu menjadi tertuduh. Sampai suatu hari ada keributan kecil di kelas, tanpa bertanya lebih dahulu saya pun memanggil Rian dan mengadilinya. Namun apa yang terjadi? Bukan Rian yang protes, tetapi siswa yang lain.

“Mister, kok Rian terus sih yang disalahkan?” kata seorang dari mereka.

Dari perkataan siswaku itu saya tahu saya telah melakukan kesalahan. Saya telah berlaku tidak adil. Seharusnya saya bertanya terlebih dahulu apa yang terjadi sebagaimana yang biasa saya lakukan. Sebagai pendidik, kita memang harus berlaku adil kepada siswa. Siswa harus diperlakukan dengan cara yang sama. Tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya.

3 komentar: