SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Kamis, November 08, 2012

Rasa Sunyi

Aku akan memulai tulisan ini dengan subauh tanya: “pernahkah kau merasa tidak pernah merasa sepi?” Aku tahu itu adalah lirik sebuah lagu, namun aku tidak tahu lagu siapa itu. yang aku tahu lagu itu adalah soundtrack sebuah film “Mengejar Mas-mas”. Jadi kalo Anda penasaran, cari saja! Yang jelas aku tergelitik oleh pertanyaan itu saat aku nonton sebuah talkshow Just Alvin (tentu saja, peristiwa yang aku alami belakangan ini juga salah satu penyebab pertanyaan itu). pertanyaan Alvin mirip-mirip dengan pertanyaan di atas. Nara sumber pun menjawab, ia tidak pernah merasa sepi. Aku pun bertanya dalam hati, apa iya?

Aku tidak menuduh nara sumber pada acara Just Alvin sebagai pembohong, karena aku yakin pengalaman orang memang beda-beda. Apa lagi ini tentang rasa yang tentunya sangat subjektif sekali.
Obrolan tentang rasa sunyi ini memang tidak sebanyak obrlan tentang rasa cinta. Namun ada saja orang yang membicarakannya, bahkan mengindentikan dirinya dengan rasa ini. Salah satu contoh adalah adalah temanku yang penyaair menjadikan Keradjaan Sunyi sebagai nama situs pribadinya. “ di sinilah aku bersemayam”, ujarnya. Memang sebagian penyair menjadikan kesunyian sebagai inspirasi puisi-puisinya. Mungkin yang lain masih ada, namun hanya itu yang aku tahu.


Ah, apa sih sunyi situ? Mungkin pertanyaan itu perlu dijawab terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan pertama.


Berbicara tentang definisi, biar lebih absah akan aku ambilkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia saja (KBBI) biar kita tidak terlalu berdebat. Kalo mau berdebat, debatlah si penysun kamus.
Dalam KBBI edisi IV disebutkan sunyi adalah tidak ada bunyi atau suara apa pun; hening; senyap. Jadi kira-kira jika Anda mendapatkan diri Anda tidak mendengar suara apa pun, itulah sunyi. Namun gini, ketika aku berada di tengah hutan pada malam hari sendirian apakah itu berarti aku dalam kesunyian? Jika yang dikatakan sunyi itu tidak ada suara, bukankah saat itu ada suara, seperti suara jangkrik, suara burung hantu atau suara angin yang bertiup menggerakkan daun-daun. 


Ya, aku setuju denganmu. Suara-suara yang dimaksud di sini adalah suara manusia. Suatu suasana dikatakan sunyi jika telinga kita tidak menangkap suara-suara manusia. Semisal saat kita terbangun dini hari, saat manusia tertidur, saat itulah kita merasa sunyi.


Tapi gini, aku pernah gak sampean merasa sepi padahal banyak orang di sisi sampen. Seperti lagunya Dewa “di dalam keramaian aku masih merasa sepi”. Jika pernah, berarti kesunyian tidak semata-mata keberadaan orang-orang di sekitar kita, yang lebih penting lagi adalah kehadiran. Karena sering kali orang yang ada di sekitar kita tidak menghadirkan jiwanya kepada kita. Atau kadang kita sendiri yang tidak menghadirkan diri kita di tempat kita berada itu. jiwa kita entah melayang kemana. Dengan demikian, rasa sunyi adalah ada tidaknya orang-orang di dalam jiwa (perhatian) kita. Lebih khusus lagi, orang-orang itu adalah orang-orang yang dekat dalam kehidupan kita (kita sayangi). Rasa sunyi ada ketika kita ditinggal pergi orang-orang yang kita cintai.


Kembali ke pertanyaa awal, pernahkah kau merasa tidak pernah merasa sepi? Jawabku, tidak. Aku tidak pernah tidak pernah merasa sepi. Dalam kata lain, aku pernah merasa sepi. Mungkin juga sering. Bagaimana denganmu?

0 komentar:

Posting Komentar