SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Kamis, Desember 25, 2008

Kelompok Diskusi

Sejak aku dijogja, beberapa kali aku sudah membuat dan mengkoordinir kelompok diskusi, namun semua berakhir sama, tidak ada yang langgeng hingga saat ini. Ada kelompok studi bahasa yang aku koordinir pada semester-semester awal. Tujuan awalnya adalah membantu teman-teman kelas yang kuruang mumpuni, khususnya dalam bahasa arab. Sebagain teman-teman kelasku di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kolompok ini kemudian bermetamorfosis menjadi kelompok studi yang lebih luas, yang diberi nama Forum Pemuda Peduli Pendidikan dan Sosial (FP3S), meski kemudian aku hanya menjadi ketua bidang pengembangan sumberdaya anggota. Kajian berlangsung sekitar lima kali.

Kelompok studi yang lain adalah yang aku bentuk saa awal-awal aku menjadi anggota HMI. Kelompok ini bernama OASE, dengan jargon, meneguk wacana, merubah dunia. Fokus Kajian ini adalah tentang pemikiran tokoh pembaharu Islam kontemporer. Baru berjalan sekali yang saat itu mengkaji pemikiran Hassan Hanafi dan aku sebagai pemakalahnya, forum ini mandeg. Kemandekan ini karena semua personilnya sibuk dengan urusan struktur.
Universitas Malam Marakom (UMM) adalah forum kajian lainnya yang aku koordinir ketika kau tinggal di Marakom (Markas Anggota Komisariat). Kajiannya berkisar tentang pemikiran kontemporer seperti Hassan Hanafi, Abid Al-Jabiri, Ali Syariati, Muhammad Syahrur, dan Amiah Wadud. Berjalan beberapa bulan, forum ini kemudian juga mandeg.
Ketika tinggal di secretariat HMI Cabang Yogyakarta, Madzahab Karangkajen terbentuk, atau lebih tepatnya dihidupkan lagi. Kajian dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jumat pagi setelah subuh. Berjalan sekiotar lima kali.
Meski beberapa kali mengkoordinir kajian dan sejauh itu juga aku gagal, aku masih terus berfikir bahwa dari kelompok-kelompok diskusi yang semacam inilah gagasan-gagasan besar lahir. Aku ingat Ahmad Wahib dan kawan dengan limited group-nya. Aku ingat Jurgen Habermas dan Madzahab Fankfurt kedua, serta pemikir-pemikir besar lainnya yang mempunyai gagasan besar yang berawal dari kelompok diskusi kecil (creative minority). Aku masih meikirkan itu, aku masih merindukan hal tersebut, akau masih memimpikannya.
Mimpiku ternyata berada dalam satu frekuensi mimpi temanku, Zulkarnain Patwa, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UMY. Sama denganku, dia sering menkoordinir forum kajian dan sering bubar, namun, ketika bubar dia segera membentuk forum lagi. Mimpi yang berada dalam satu frekuensi itu pun bertemu, beradu dan kemudian memercikan cahaya terang, gagasan bersama. Unlimited Group, itulah kira-kira nama kelompok yang ingin kita bentuk.
Kerja pun dimulai. Pertama-tama yang kai lakukan adalah mencari masukan yang sebanyak-banyaknya dari beberapa orang tentang apa sebaiknya yang mesti dikaji dan dari aman memulainya. Orang pertama yang kita ajak berdialog dan tukar fikiran adalah Prof. Lesmana, guru besar linguistik UGM, beliau adalah lulusan Sorbon University, Prancis. Kami berdialog dengan beliau sekitar satu jam di kafe Lembaga Indonesia Prancis (LIP). Dari obralan bersama tersebut, beliau menyarankan untuk mengkaji pemikiran mulai Ferdinand de Sossrou yang berate muali dari awal-awal paham strukturalis, kemudian berlanjut pada pemikiran post strukturalis, baru masuk pada pemikiran kontemporer. Dari beliau pula aku tahu bahwa perkembangan wacan di Prancis sangat cepat seklai, dan itu sangat terdokumtesi. Dengan demikian pemikirannya selalu berkembang, tidak melingkar dan berputar-putar. Beliau juga menjelaskan bahwa, sossrow, yang dianggap sebagai bapak strukturalis, sesungguhnya tidak pernah ditemui kata strukturalis. Aneh.
Orang kedua yang kami kunjungi adalah bapak Andy Darmawan, M.Ag. beliau lulusan UIN Sunan Kalijaga dan konsentrasi pada filsafat. Kami mengunjungi rumah beliau pada malam hari dari jam 20.00 WIB sampai 23.30 WIB. Tempatnya pun berpindah-pindah, dari ruang tamu lalu ke dapur sambil menkmati udara malam di taman dengan hidangan makan malam, lalu kembali ke ruang tamu lagi. Beliau menyarankan agar kajian dimulai dari kajin fundamental yaitu filsafat ilmu. Itu berarti kami harus membicarakan terlebih dahulu tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi, karena hal tersebut adalah sangat fundamental untuk memahami semua pemikiran.
Rencana sore tadi kami akan bertemu dengan teman Patwa dari Australia, tapi aku tidak bisa datang ke sana. Hingga kini diskusi belum juga bisa dimulai. Semoga sebelum akhir tahun diskusi sudah bisa dimulai. Semoga pula dia tidak mati sebelum lahir.

2 komentar:

  1. wah, bagus juga rencana unlimited group-nya. aku ikut, tapi dari jauh aja ya... kan unlimited... kl gak pernah terlaksana, jgn bilang itu mati sebelum lahir. itu udah terlaksana kok, buktinya kamu jalan-jalan kesana-kemari jumpa orang-orang hebat. berarti cocoknya kajiannya diselenggarakan jalan-jalan ke rumah tokoh-tokoh aja.. seperti wirid-yasinan di kampung saya yang pindah dari rumah ke rumah setiap malam jumat...
    piss!!
    Monseur Ye

    BalasHapus