SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Selasa, Agustus 05, 2008

Berjalan Menuju Cahaya Mengorek Filsafat Cahaya (Hikmah Isyraqiyah) Suhrawardi

SuhrawardiAllah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah ibarat miskat. Dalam miskat itu ada pelita. Pelita dalam kaca. Laca itu laksana kaca berkilau. Dinyalakan dengan minyak pohon yang diberkati. Pohon zaitun yang bukan di timur dan di barat. Yang minyaknya hamper-hampir menyala dengan sendirinya, walaupun tiada api menyentuhnya. Cahaay di atas cahaya. Allah menuntun kepada cahaya-Nya siapa saja yang Ia kehendaki. Dan Allah membuat perumpamaanbagi manusia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segalanya. (An-Nur: 35)

Pasca meninggalnya Ibnu Rusd, ada yang beranggapan bahwa filsafat islam juga telah tenggelam ditelan bumi. Untuk kasus tertu memang bisa dikatakan demikian, tetapi di wilayah Islam yang lain, justru filsafat Islam sedang tumbuh dengan begitu suburnya. Filsafat ini berkembang dengan formulasi yang berbeda dengan pemikiran filosof-filosof sebelumnya seperti Ibn Shina dan Ibn Rusd. Perkembangn filsafat ini tidak terlepas dari peran seorang teosof Suhrawardi.

Filosof yang bernama Syek Shihabuddin Abul Futuh Yahya Suhrawardi atau yang lebih dikenal dengan Suhrawardi al-maktul ini merupakan peletak fondasi sintesis antarafilsafat dan tasawuf. Suhrawardi mengklasifikasikan para pencari Tuhan ke dalam tigagolongan, yaitu: pertama: orang yang mencari Tuhan sebgai suatu kebenaran hanyadengan menggunakan pikiran saja saja. Dalam hal ini yang dimaksud oleh suhrawardi adalah para filofof rasionalis diskursif.

Kedua: adalah orang yang mencari kebenaran (Tuhan) hanya dengan menggunkan pengalaman mistiknya dan tidak mampu mengungkapkan pengalamannya itu secara dikursif. Ketiga: adalah orang yang mencari kebenaran selain dengan pengalaman mistis juga dia mampu mengungkapkan pengalamannya itu secara diskursif. Yang ketiga inilah yang diinginkan oleh Suhrawardi dalam filfasat cahayanya atau yang lebih dekenal dengan filsafat illuminasi atau hikamh isyraqiyah. Penggunaan namatersebut dikarenakan dalam filsafatnya ini Suhrawardi menggunakan metafora cahaya. Baginya segala sesuatu terdiri dari cahaya dan kegelapan. Apabila cahaya datang, maka kegelapan akan sirna. Dan yang membedakan satu benda dengan yang lainnya sebenarnya berada pada intensitas cahaya benda tersebut.

Ada empat tingkatan penyerapan cahaya dalam filsafat isyraqi, pertma: Tahapan penyucian jiwa, kedua: penyaksiaan dan penerimaan cahaya Ilahi. Ketiga: penggunan struktur limu yang benar. Keempat: penyusunan dari tingkatan pertama hingga ketiga secara filosofis. Tugas manusia dalah bagaimana dia mencerap cahaya Ilahi, sehingga intensitas cahaya dia semakin tinggi, semakin mendekat pada sumber cahaya.

Memantulkan Cahaya
Carut marut permasalahan kebangsaan saat ini, jika kita menggunakan perspektif cahaya,adalah karena kita semakin jauh dari sumber cahaya, dengan demikian kita mengalamisuatu kegelapan. Meminjam istilah Emha Ainun Najib atau Cak Nun, bumi kita saat inisedang terjadi gerhana, karena bumi menutupi bulan sehingga bulan tidak mampumemantulkan cahaya matahari sehingga bumi menjadi gelap. Matahari adalah nilai-nilai Tuhan, dan bulan adalah para rosul, cerdik cendikia, ulama yang memantulkan nilai-nilai Ilahi. Dengan demikian setelah mencerap cahay ilahi, kita harus memantulkannya, sehingga semesta juga menjadi terang oleh cahaya ilahi.

0 komentar:

Posting Komentar