SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Minggu, Agustus 10, 2008

Manusia Integralis

Pada tulisan sebelumnya saya telah mengeksplorasi pemikiran Armahedi tentang integrasi ilmu. Pada tulisan ini sedikit akan dibahas tentang integrasi kepribadian atau sosok manusia integralis menurut Armahedi Mahzar.

Setiap madzhab pemikiran pastilah mempunyai satu gambaran tentang manusia yang diinginkan, yaitu sosok manusia yang ideal. Nietzsche mempunyai konsep Ubermensch untuk menunjuk sosok manusia ideal,dan Ali Syariati dengan rausyanfikr-nya. Selain itu istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan sosok manusia ideal adalah istilah Insan Kamil. Sosok-sosok inilah, menurut mereka, adalah orang-orang yang dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi satu masyarakat, dan merekalah yang berhak untuk memimpin masyarakat tersebut, karena mereka adalah orang-orang sempurna.

Melihat bahwa setiap pemikir tidak lepas dari pembahasan tentang manusia, dan manusia unggul khusunya, membuktikan signifikansi hal ini dalam setiap pemikiran. Hal ini dikarenakan manusia adalah subjek yang berperan penting dalam alam ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa keberlangsungan alam ini berada ditangan manusia, baik kemakmuran dan kelestarian maupun kerusakannya. Alam ini akan lestari dan makmur jika penghuninya adalah manusia-manusia yang mempunyai berakhlak mulia, sementara jika manusia-manusia di dalamnya adalah manusia-manusia serakah, individualis, maka mereka hanya akan mempercepat kahancuran alam ini. Kebaikan atau pun keburukan keduanya bersumber dari diri manusia, sementara kepribadian manusia ini dibentuk melalui pendidikan.

Sebagaimana pemikir lainnya, Armahedi Mahzar juga tidak lupa untuk mengkaji tentang manusia dan merumuskan konsepsi manusia ideal. Meskipun tidak terlalu banyak dia berbicara tentang hal ini, namun penulis kira cukup untuk menjelaskan pandangan Armahedi tentang sosok manusia ideal tersebut.

Seperti halnya perjalanan intelektualnya menemukan filsafat integralisme, konsepsi manusia ideal ini juga Armahedi peroleh dari sebuah penelusuran panjang ketika dia membahas tentang struktur pemikiran Barat modern. Hal ini dikarenakan manusia sempurna adalah misteri dan juga menjadi mitos, untuk itu metode analisis strukturalisme Levi Staruss digunakan.

Dalam penyelususran ini Armahedi menemukan struktur individualita modern yang terdiri dari moralita, intelektualita, sensibilita. Moralita adalah aspek individu yang selalu berhubungan dengan salah satu segi alam cita yang bernama etika. Dengan demikan moralita berkaitan dengan prilaku atau ranah psikomotorik dalam diri manusia. Sementara intelektualita adalah kesanggupan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara sadar, dan sensibilita berkait dengan perasaan dan kejiwaan manusia.

Sebagaimana sifat strukturalisme yang menghendaki adanya posisi biner dari struktur yang ada, maka harus dicari pula struktur biner dari ketiga hal tersebut. Tiga hal yang menempati posisi biner tersebut adalah fisikalita, vegetativita dan instinktualita. Jika intelektualita berkaitan dengan cara fakir yang kesadaran manusia, maka instinktualita adalah cara fikir yang tidak berkesadaran, sebagaimana terdapat pada hewan. Jika moralita adalah aspek perilaku yang berkesadaran, maka fisik adalah aspek yang tidak berkesadaran. Demikian juga dengan sensibilita yang merupakan aspek kejiwaan yang berkesadaran, maka vegetativita adalah unsur manusia yang tidak berkeadaran yang menjaga keseimbangan antara instingtualita dan fisikalita.

Dari sini kemudian Armahedi mencari struktur-struktur tersebut dalam Islam. Sebagaimana sifatnya yang wasathan, struktur-struktur tersebut juga harus bisa menjadi penengah dari kedua struktur tersebut, yaitu struktur yang berkesadaran dan struktur yang tidak berkesadaran. Lalu Armahedi mangajukan tiga struktur yang ada dalam Islam, yaitu islam, ihsan dan iman. Iman adalah integrasi antara pengetahuan dogmatasi tentang yang Ghaib dan pengetauhan intleketual. Dengan demikian ia menengahi dari pengetahuan akali dan hewani.

Jika Iman menengahi antara akali dan hewani maka ihsan menegahi antara sensibilita dan vegetativita atau kalbi-nabatai. Sementara islam menjadi penengah antara fisikalita dan moralita, sehinga prilaku manusia menunjukkan akhlakul karimah. Dengan demikian akan didapatkan prisma manusia sempurna, manusia integralis sebagaimana terlihat dalam table dibawah ini.
prisma Pribadi Muslim

2 komentar:

  1. Hehehe...
    ngak ngira kalo buku kuno saya masih dibahas di internet abad 21 ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. mohon maaf prof... terimkasih untuk ilmunya

      Hapus