SCRIPTA MANENT VERBA VOLANT

(yang tertulis akan tetap mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin)

Selasa, Agustus 05, 2008

Syariat Mekah dan Syariat Madinah

Pasca reformasi berkembang kembali wacana untuk menerapakan syariat Islam di Indonesia. Bahkan beberapa malam yang lalu ada perdebatan antara Partai Bulan Bintang dan JIL juga PKB tentang penerpan syariat Islam di Indonesia.

Jika umat Islam Indonesia ditanya tentang Islam pasti mereka mengatakan bahwa Islam adalah agama terbaik, shalihu fi kulli zaman wa makan, rahmatan lil’alamin. Tetapi ketika berbicara tentang syariat Islam, mengapa banyak yang menolak atau bahkan sampai pada tingkatan fobia?

Menurut Cak Nun, ini karena umat Islam kurang bisa memahami sejarahnya sendiri. Menurutnya lagi, jika ditelusuri lebih jauh, sebagaimana pembabakan kehidupan dan perjuangan nabi yang terbagi pada periode mekah dan madinah, demikian pula syariat, ada syariat Mekah dan ada Syariat Madinah.

Syariat Mekah adalah syariat yang berbicara tentang tauhid, janji dan ancaman-acaman. Sementara syariat madinah adalah berbicara tentang menanam. Menurut Cak Nun, ketika warga menyambat Rasul dengan lantunan thla’al badru ‘alaina rasul menjawab ‘alaikum bi ghiratsah. Menanamlah kamu! Perintah menanam adalah satu pesan intrinsik untuk ketahanan dan kedaulatan pangan. Selain kedaulatan pangan, syariat madinah berbicara tentang keadilan atau supremasi hukum.

Ditambahakan oleh Syek Mustofa, pimpinan Thariqat Naqsabandiyah, bahwa syariat pada hakikatnya adalah cinta. Bagaiman rosul SAW dengean kelembutannya menyuapi seorang Yahudi miskin, peminta-minta yang selalu mengejek dan menjelek-jelekannya sehingga di penghujung hidaup beliau. Sehingga ketika cinta tumbuh subur di hati semua manusia, siapa yang akan medzalimi orang lain? Siapa yang akan tega melihat orang lain mati kelaparan? Jika ada yang mencuri karena dia kelaparan, maka yang dihukum adalah orang yang kaya yang dicuri tersebut, karena dia telah membiarakan saudaranya kelaparan. Itulah syariat. Kedaulatan pangan, keadalian dan cinta.

0 komentar:

Posting Komentar